“Tidak sanggup lagikah medan
magnet bumi ini mengikat gunung-gunung es di kutub selatan maupun kutub utara?
Benarkah kutub magnet bumi akan mengalami pergeseran?”
Tahukah anda bahwa kutub magnet
bumi kita pernah mengalami perubahan dari kutub selatan ke kutub utara dan
sebaliknya. Fenomena ini sering di sebut sebagai Magnetic Reversal.
Proses
fenomena ini cukup menjadi topik hangat dikalangan para ahli geoscientist, hal
ini dikarenakan tidak ada teori yang mampu secara jelas menerangkan bagaimana
hal tersebut bisa terjadi. Fenomena Magnet reversal ini telah tercatat sejak
330 juta tahun yang lalu. Selama waktu tersebut lebih dari 400 reversal terjadi
atau dengan kata lain reversal terjadi setiap 700.000 tahun. Dan reversal
terakhir terjadi sekitar 780.000 tahun yang lalu. Pada saat itu, medan magnet
bertransisi dari keadaan reversed menjadi keadaan normal. Keadaan normal adalah
keadaan medan kutub magnetic sekarang ini.
Fenomena
magnetic reversal ini dapat diamati dari beberapa fakta, diantaranya adanya
perbedaan polarisasi batuan di daerah spreading, Ketika batuan beku yang
terbentuk di dalam atau permukaan bumi, mengalami pendinginan dan mengeras,
maka pada batuan tersebut akan terdapat rekaman magnetik. Jika pendinginan
batuan berlangsung cepat, maka akan diperoleh rekaman singkat dari medan
magnet.
Pendinginan
batuan yang lambat, seperti terjadi pada batuan yang terbentuk di dalam
bumi, maka akan diperoleh rekaman dalam waktu yang lebih lama. Batuan jenis
tertentu tidak hanya memberikan informasi mengenai medan magnet saat dia
terbentuk,tetapi juga kita bisa menentukan perubahan arah dan intensitas medan
ketika terjadi reversal magnetik.
Semakin
melemahnya medan magnetik di bumi ini selama 200 tahun. Pada masa sekarang ini,
medan magnet bumi semakin melemah. Pada masa dinosaurus menguasai bumi,
kekuatan medan magnet berkisar 2.5 Gauss, atau sekitar 80% lebih kuat daripada
sekarang. Sedangkan pada saat sekarang, terjadi pengurangan, dan diperkirakan
kuat medan magnet sekarang hanya tinggal 0.5 Gauss.
Pergeseran kutub magnet bumi,
dari data yang diukur dari tahun ke tahun diketahui bahwa kutub magnetic bumi
mengalami pergeseran dan perubahan berikut datanya.
North Magnetic Poles
- 2001 = 81,3o N 110,8o W
- 2004 = 82,3o N 113,4o W
- 2005 = 82,7o N 114,4o W
South Magnetic Pole
- 1998 = 64,6o S 138,5o E
- 2004 = 63,5o S 138,0o E
DUA SISTEM KUTUB
Setiap planet
dalam tata surya kita, termasuk Bumi, memiliki dua sistem kutub. Yang pertama
adalah kutub geografis, yakni proyeksi sumbu rotasi di permukaan planet
tersebut yang mewujud pada terbentuknya kutub utara geografis dan kutub selatan
geografis. Dalam astronomi, kutub-kutub geografis senantiasa menempati garis
lintang 90 baik di lintang utara maupun selatan. Di Bumi, kutub utara geografis
berada di Samudera Arktik, sementara kutub selatan geografisnya ada di daratan
Antartika yang senantiasa berselimutkan es tebal.
Sistem kutub
yang kedua adalah kutub magnetis, yakni sepasang titik di permukaan planet
dimana garis-garis gaya medan magnetnya masuk ke dalam atau keluar dari dalam
tubuh planet tersebut pada posisi tegak lurus permukaan rata-ratanya (inklinasi
magnetik 90). Titik dimana garis-garis gaya magnet tersebut masuk ke dalam
tubuh planet merupakan kutub utara magnetis, sebaliknya titik dimana
garis-garis gaya magnet keluar dari tubuh planet adalah kutub selatan magnetis.
Meski demikian
tata-nama ini tidak sepenuhnya diterapkan, sebab dalam praktiknya nama
kutub-kutub magnetis mengacu pada nama kutub-kutub geografis yang berdekatan.
Kedua kutub magnetis ini dapat diibaratkan sebagai sepasang ujung berbeda dari
sebuah magnet batang raksasa yang tertanam dalam tubuh planet, meski
pengandaian ini tidak sepenuhnya tepat. Kutub-kutub magnetis hanya berkaitan
dengan sifat kemagnetan benda langit, bukan sifat rotasinya.
POSISI KUTUB UTARA DAN SELATAN
Di Bumi, kutub
utara magnetis terletak di tepi Samudera Arktika sementara kutub selatan
magnetis terletak di tepi daratan Antartika. Posisi kutub utara magnetis tak
berimpit dengan kutub utara geografis demikian halnya kutub selatan magnetis
dengan kutub selatan geografis. Ketak-berimpitan ini membuat jarum kompas (yang
selalu mengarah ke kutub utara magnetis) senantiasa membentuk sudut tertentu
terhadap arah utara sejatinya.
Sudut ini
dikenal sebagai deklinasi magnetik, yang nilainya berbeda-beda untuk tiap titik
di muka Bumi. Bila ditelaah lebih lanjut, sumbu geomagnet (yakni garis
lurus penghubung kutub utara-selatan magnetis di dalam tubuh Bumi) ternyata
tidak berimpit dengan sumbu rotasi Bumi, melainkan membentuk sudut 11,5
derajat. Di sisi lain, sumbu geomagnet sendiri pun tidaklah simetris, sehingga
posisi kutub selatan magnetis tidak persis di proyeksi titik-lawan kutub utara
magnetisnya, melainkan berselisih jarak hingga 2.700 km.
Posisi kutub
selatan magnetis Bumi senyatanya dibandingkan dengan proyeksi (titik-lawan)
kutub utara magnetis, yang nampak tidak berimpit. Ketidakberimpitan ini
menunjukkan asimetri dalam geomagnet.
Ketidak-berimpitan
dan ketidak-simetrisan semacam ini adalah wajar dalam tata surya kita, tak
hanya dialami Bumi saja. Sumbu magnetis Jupiter juga membentuk sudut terhadap
sumbu rotasinya, yakni sebesar 10 derajat. Bahkan dalam Uranus dan Neptunus
situasinya cukup spektakuler karena sumbu magnetisnya masing-masing membentuk
sudut 59 derajat dan 47 derajat terhadap sumbu rotasinya. Sebaliknya sumbu
magnetis Saturnus hampir berimpit dengan sumbu rotasinya dimana sudut antara
keduanya kurang dari 0,5 derajat.
PEMBALIKAN KUTUB
Dalam jangka
panjang, pergeseran kutub-kutub magnetis akan menyebabkan pertukaran posisi
dimana yang sekarang menjadi kutub utara magnetis bergeser demikian rupa
sehingga kelak menempati lokasi kutub selatan magnetis dan begitupun
sebaliknya. Fenomena pembalikan kutub-kutub magnetis ini terhitung kerap
terjadi.
Sepanjang 5
juta tahun terakhir pembalikan kutub magnetis Bumi terjadi rata-rata setiap 0,2
hingga 0,3 juta tahun sekali. Namun sepanjang setengah milyar tahun terakhir,
variasi periodisitas pembalikan kutub magnetis Bumi memiliki rentang dari 5.000
tahun hingga 50 juta tahun. Setiap pembalikan magnetis berlangsung selama
ribuan tahun sehingga bukanlah peristiwa tiba-tiba dalam sekejap mata.
Pembalikan magnetis juga dapat berlangsung akibat sebab eksternal, misalnya
akibat hantaman asteroid/komet raksasa ke Bumi.
Peristiwa
pembalikan kutub magnetis Bumi yang terakhir, yang dinamakan peristiwa
Brunhes-Matuyama, terjadi pada 0,78 juta tahun silam. Pada masa kini, meski
kutub-kutub magnetis terus bergeser, belum ada tanda-tanda bakal terjadinya
pembalikan kutub magnetis Bumi berikutnya.
Meski terjadi
pembalikan kutub-kutub magnetis, garis-garis gaya geomagnet tidaklah
menghilang. Demikian pula magnetosfer beserta lapisan terdalamnya yang dikenal
sebagai sabuk radiasi van-Allen. Sehingga berbeda dengan persepsi umum, dalam
peristiwa pembalikan kutub magnetis Bumi, planet ini masih tetap dilindungi
magnetosfernya dari ancaman eksternal dalam rupa sinar kosmik galaktik maupun
radiasi partikel Matahari.
Perlindungan
ini demikian efektif sehingga bila kita merujuk pada kurva kelimpahan makhluk
hidup sepanjang setengah milyar tahun terakhir, tak ada satupun peristiwa
pembalikan kutub magnetis Bumi yang bertepatan dengan pemusnahan massal
(pengurangan populasi makhluk hidup secara mendadak dan signifikan) baik mayor
maupun minor, kecuali oleh sebab eksternal dalam rupa tumbukan asteroid/komet.
MATAHARI JUGA MENGALAMI
PEMBALIKAN KUTUB
Pembalikan
kutub magnetis bukanlah peristiwa khas Bumi, namun juga terjadi pada benda
langit anggota tata surya lainnya. Planet-planet yang memiliki medan magnet
juga diindikasikan mengalaminya. Bahkan matahari pun demikian. Pantauan satelit
pengamat Mataharis secara terus menerus sejak awal tahun 1980-an mulai dari Uhuru,
Solar Max hingga SOHO menunjukkan pembalikan kutub magnetis Matahari
berlangsung lebih sering dengan pola mengikuti siklus aktivitas matahari, yaitu
rata-rata tiap 11 tahun sekali. Dan setiap kali pembalikan magnetik Matahari
terjadi, tidak diikuti dengan aktivitas diluar normal terkecuali peningkatan
potensi badai Matahari yang masih tergolong wajar.
Dinamika
pembalikan kutub-kutub magnetik Matahari selama 30 tahun terakhir (hingga
pertengahan 2012) mengikuti siklus aktivitas Matahari. Nampak bagaimana kutub
utara geografis (latitude 90N) secara berganti-ganti ditempati oleh kutub utara
magnetis (Nm) dan kutub selatan magnetis (Sm) matahari, demikian juga halnya
dengan kutub selatan geografisnya.
KESIMPULAN
Jadi dari keterangan di atas, ada
tiga fakta ilmiah yang dapat diambil sebagai kesimpulan yaitu:
- Pertama, sejauh ini tidak ada gejala bakal terjadinya peristiwa pembalikan kutub magnetis Bumi.
- Kedua, aktivitas pembalikan kutub magnetis Bumi bukanlah peristiwa spontan yang terjadi dalam sekejap mata, melainkan butuh waktu ribuan tahun.
- Ketiga, mengambil analogi aktivitas dan pembalikan kutub magnetis Matahari dan data-data pemusnahan massal, di masa silam peristiwa pembalikan kutub magnetis Bumi adalah kejadian biasa saja yang kerap terjadi dan tidak disertai bencana dahsyat yang membuat mengurangi populasi makhluk hidup berkurang drastis.
PENDAPAT ILMUWAN TENTANG
PEMBALIKAN KUTUB
Sekarang mari
kita lihat apa kata para ilmuwan tentang pembalikan kutub. Baru-baru ini, para
ilmuwan menemukan data baru yang menunjukkan kutub medan magnet Bumi bisa
membalik dalam waktu 100 tahun. Studi para ilmuwan itu bahkan menunjukkan
pembalikan kutub medan magnet Bumi ini bisa terjadi lebih cepat dari perkiraan
tersebut.
Medan magnet
bumi sejatinya telah berulang kali berubah kutub sepanjang sejarah Bumi. Jika
prediksi para ilmuwan itu menjadi kenyataan, maka pembalikan kutub medan magnet
ini membuat semua kompas akan menunjuk ke selatan. Bukan lagi ke utara
sebagaimana berlaku sejak ribuan tahun lalu hingga sekarang ini.
Dua kutub
magnet selalu dihubungkan oleh medan magnet yang menyerupai batangan-batangan.
Magnet bumi memiliki intensitas yang tetap sama selama ribuan bahkan jutaan
tahun. Namun, karena alasan yang belum bisa dijelaskan, kini intensitas medan
magnet Bumi menurun drastis dan arahnya mulai berbalik.
Studi baru tim
ilmuwan dari Italia, Perancis, Universitas Columbia, dan Universitas
California, Berkeley, menunjukkan bahwa pembalikan terakhir kutub medan magnet
terjadi pada 786 ribu tahun yang lalu. Kala itu terjadi sangat cepat. Kurang
dari 100 tahun.
“Ini sangat menakjubkan betapa
cepat kita melihat pembalikan itu. Data paleontologi tersaji sangat baik,” kata
sarjana Universitas California Berkeley, Courtney Sprain, sebagaimana dikutip
oleh laman Daily Mail.
Data itu
merupakan salah satu catatan terbaik untuk mengetahui bagaimana dan seberapa
cepat pembalikan ini bisa terjadi. Para ilmuwan ini akan mempublikasikan hasil
penelitian ini pada November mendatang dalam Geophysical Journal International.
Sparin dan Direktur Pusat Geochronology Berkeley, Paul Renne, merupakan penulis
dalam studi tersebut.
Para ilmuwan itu menduga
pembalikan kutub magnet bumi ini akan terjadi lebih cepat karena bukti baru
menunjukkan bahwa intensitas medan magnet Bumi menurun 10 kali lebih cepat dari
biasanya.
Pembalikan
kutub medan magnet merupakan peristiwa besar di planet yang didorong oleh
konveksi pada inti besi Bumi. Namun tidak ada bencana yang didokumentasikan
terkait dengan pembalikan kutub magnet yang terakhir kali terjadi. Meskipun
banyak yang mencari catatan dampaknya terhadap geologi dan biologis. Sekarang,
pembalikan kutub medan magnet Bumi semacam itu berpotensi mengacaukan jaringan
listrik di Bumi. Dan bahkan kemungkinan besar listrik di Bumi akan padam.
Medan magnet
Bumi ini telah melindungi manusia dari partikel berenergi matahari dan sinar
kosmik, yang keduanya bisa menimbulkan mutasi genetik. Sementara, melemahnya
atau menghilangnya medan magnet untuk sementara menjelang pembalikan permanen
kutub magnet Bumi bisa meningkatkan risiko kanker. Bahaya bagi kehidupan di
Bumi akan lebih besar jika pembalikan kutub magnet didahului dengan periode
ketidakstabilan yang lama. “Kita harus berpikir lebih terhadap efek biologis
yang akan terjadi,” ujar Renne.
“Yang luar biasa adalah bahwa
Anda melewati pembalikan kutub magnet ke kondisi normal dengan tidak terjadi
apa-apa, yang itu artinya itu harus terjadi dengan sangat cepat, mungkin kurang
dari 100 tahun,” tambah Renne.
“Kami tidak tahu apakah
pembalikan berikutnya akan terjadi tiba-tiba seperti yang terjadi kali ini,
tetapi kami juga tidak tahu apakah itu tidak akan terjadi.”
Ada atau
tidaknya dampak pembalikan medan magnet ini terhadap peradaban modern, yang
jelas peristiwa ini akan membantu para peneliti untuk memahami bagaimana dan
mengapa medan magnet Bumi secara periodik kutubnya berbalik.
Catatan
magnetik yang diperoleh tim peneliti Italia menunjukkan pembalikan 180 derajat
medan magnet Bumi secara tiba-tiba itu didahului oleh ketidakstabilan yang
terjadi selama 6.000 tahun. Ketidakstabilan itu termasuk interval kekuatan
medan magnet rendah yang masing-masing berlangsung sekitar 2.000 tahun.
Perubahan yang cepat medan magnet mungkin terjadi dalam interval pertama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar